Tugas Kelompok
FILSAFAT
PENDIDIKAN
“Misteri
Bahasa: Dari Makna Ke Teori”
Di susun oleh :
kelompok III
Sri
Ratu Istana 10540 6524 11
Rina
Wahyuningsih 10540 6525 11
Kasmawati 10540 6526 11
Asrawati
Asri 10540 6527 11
Ardillah 10540 6528 11
Nur
Aulia Reski 10540 6552 11
JURUSAN PGSD
S1
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
MISTERI
BAHASA:
Dari
Makna Ke Teori
Meraba Pemikiran Filsafat
Bahasa
biasa secara akademik dikaji oleh linguistik, filologi, dan antropologi dengan
fokus perhatian masing-masing yang berbeda. Tugas filsafat bahasa adalah antara
lain menjelaskan hakikat “mengetahui” bahasa dan menjelaskan berbagai metode
dan konsep demi suksesnya penguasaan bahasa. Pentingnya mempelajari (filsafat)
bahasa karena bahasa memang memiliki keterbatasan. Seorang filsuf pasti
memiliki pemikiran jauh lebih luas dari apa yang bisa dikatakannya lewat
bahasa. Seringkali tidak mudah bagi kita untuk meraba artinya. Berfilsafat
adalah berfikir radikal, yakni sampai ke akar-akarnya. Sebagai suatu tulisan,
filsafat bersifat tekstual. Satuan maknanya bukan kata maupun kalimat, tetapi
kumpulan semuanya sebagai teks yang maknanya ditentukan oleh keterkaitannya
dengan teks-teks lainnya. Filsafat pun tampil selalu ambisius untuk memayungi
persoalan seluas mungkin. Agar tampil singkat tapi menjangkau banyak hal, maka
diperlukan metafora.
Beberapa
ungkapan dari para filsuf terkenal, para pentolan eksistensialisme berikut ini.
·
Jean-paul
Sartre (1905-1980)
“existentialism
is not so atheistic that is wears itself out showing that god does not exist.
Rather, it declares that even if god did exist, that would change nothing.”
(eksistensialisme itu tidaklah sedemikian atheistik sehingga mengarahkan
segala-galanya untuk menunjukkan bahwa tuhan itu tidak ada. Namun
eksistensialisme menyatakan bahwa, meskipun tuhan ada, tidak aka nada yang
berubah karenanya.)
·
Soren
aabye Kierkegaard (1813-1855)
‘…Christ
came through locked doors” ( …Kristus tiba lewat pintu-pintu yang terkunci)
·
Friedrich
Wilhelm Nietzsche (1844-1900)
“what
is good?” you ask. “to be brave is good.” (apa yang baik?” kau bertanya.
“berani itulah yang baik.”)
“one
repays a teacher badly if one always remains nothing but a pupil.” (tak
sempurnalah seseorang membalas jasa gurunya, bilamana ia terus-menerus bertahan
sebagai muridnya saja.)
·
Nicholas
alexandrovitch Berdyaev (1874-1948)
“…
the final goals of man’s life are not social, but spiritual.” (… tujuan final
hidup manusia bukanlah social sifatnya, melainkan spiritual.)
·
Karl
jaspers (1910-1969)
“to
be a man is to become a man.” (ada sebagai manusia adalah menjadi manusia)
Menguasai
Bahasa
Dalam pemakaian sehari-hari,
menguasai bahasa sering diartikan sebagai mampu berbicara dalam bahasa itu.
Secara lebih serius disini diartikan sebagai kemampuan menggunakan simbol
secara bermakna untuk berkomunikasi jadi dalam konteks ini penguasaan bahasa
bergantung pada empat kata kunci: penggunaan, simbol, makna, dan komunikasi.
Teori
Bahasa
Tampak dari batasan diatas bahwa
problem dalm penguasaan bahasa sesungguhnya problem menguasai makna. Karena
bahasa sebagai alat berfikir manusia maka problemnya adalah juga problem minda
(mind). Diharapkan bahwa studi dan teori bahasa akan menjelaskan hakikat minda.
Dan demikian juga sebaliknya teori tentang bahasa adalah abstraksi para ahli
bahasa sebagai hasil pengamatan terhadap gejala bahasa. Dengan jalan pemikiran
ini, ilmu bahasa tunduk kepada sejumlah asumsi tentang objek empiris (bahasa)
sebagai berikut:
·
Keragaman
Beberapa
fenomena memiliki keragaman dalam sifat, struktur, bentuk dan sebagainya.
Keragaman ini menghasilkan klasifikasi yang sangat mendasar bagi ilmu
pengetahuan untuk melahirkan taksonomi. Dari taksonomi para ilmuan
membanding-bandingkan objek studi sehingga muncul komparasi dan dari komparasi
dan taksonomi para ilmuan dapat melakukan prekdiksi.
·
Kelestarian
Relatif
“segala
sesuatu berubah kecuali dzat pencipta”. Demikianlah fenomena alam termasuk
bahasa berubah-ubah dengan tingkatan yang berbeda. Benda-benda angkasa berubah
atau berevolusi jauh lebih lama dari pada perubahan es menjadi air dalam geas
minuman. Ilmu pengetahuan mencari hokum-hukum dari objek yang relatif lestari
sehingga dapat dijadikan pegangan. Setiap bahasa mengenal fenomena bahasa gaul
atau slang, yang sangat musiman dan berubah dari waktu ke waktu, dari pengguna
ke pengguna.
·
Sebab-Akibat
Dalam
al-qur’an di firmankan, “sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang
terdapat pada (keadaan) sesuatu kaum (masyarakat), sehingga mereka mengubah apa
yang terdapat dalam diri (sikap mental) mereka.” (QS. Al-Raad: 11).
Diterminisme mengatakan bahwa sebuah fenomena bukanlah kejadian asal jadi
dengan sendirinya. Ada keteraturan sehingga ada keterkaitan sababiah atau sebab
akibat, X menyebabkan Y. walau begitu, dalam ilmu pengetahuan tidak harus
selalu ditemukan X akan selalu menyebabkan Y.
Teori
Bahasa Dan Metode Ilmiah
Sudah dibahas bahwa manusia
memaknai alam semesta dengan kemampuan bahasa. Erikson seperti dikutip hoover
1980 membedakan tiga jenis konsep: factuality, reality, dan actuality.
·
Fakta,
realita, dan aktualita
Factuality
atau fakta adalah konsep yang paling akrab berkait dengan kegiatan dan
metodologi saintifik, yaitu semesta fakta-fakta, data, dan teknik-teknik yang
dapat diverifikasi dengan metode observasi.
Reality
atau realita adalah urutan kedua setelah fakta dalam memahami hubungan manusia
dengan semesta ini. Relitas kurang konkrit disbanding fakta, tetapi lebuh
sederhana bagi intuisi kita.
Actuality
atau aktualita adalah pengetahuan yang diperoleh lewat tindakan. Ia lebih
membantu kita bagaimana kita bertindak atas apa yang kita ketahui.
·
Peran
teori
Yang
dimaksud dengan metode saintifik merujuk pada langkah-langkah sistematik
sebagai berikut:
1. Identifikasi
variabel yang diteliti.
2. Pengajuan
hipotesis yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lain atau situasi
lain.
3. Mengetes
realitas, yakni dengan mengukur hubungan hipotesis dengan hasil yang diperoleh.
4. Melakukan
evaluasi dimana hubungan yang telah terukur itu dibandingkan dengan hipotesis
awal lalu dimunculkanlah sebuah generalisasi.
5. Mengajukan
saran ihwal makna (signifikansi) teoretis dari temuan, faktor-faktor yang
terlibat dengan pengetesan yang mungkin menyebabkan distorsi temuan, dan
sejumlah hipotesis lain yang berkembang.
Teori adalah seperangkat proposisi yang saling
terkait yang menerangkan mengapa kejadian demi kejadian begitu adanya. Teori
ada berserakan dimana-mana, hanya saja tidak terlihat tanpa kacamata metodologi
ilmiah, dari hal kecil seperti cara memukul bola golf sampai dengan hal-hal
besar seperti teori relativitas dari Einstein. Teori-teori besar adalah yang
berkaitan dengan pertanyaan sekitar agama dan filosofis, ihwal asal mula
keberadaan alam semesta, sejarah spesies, tujuan hidup, norma perilaku yang
mengarahkan kepada kebajikan dan mubgkin kebahagiaan. Tujuan ilmu pengetahuan
adalah menghasilkan teori untuk menjelaskan fenomena yang diobservasi. Teori
adalah kreasi manusia untuk menjelaskan pemahaman ihwal fenomena. Ada empat
fungsi teori sebagai berikut (hoover 1980: 39).
1. Teori
menyajikan pola-pola untuk memaknai data.
2. Teori
menghubungkan satu studi dengan studi lainnya.
3. Teori
menyajikan berbagai kerangka yang memayungi konsep dan variabel untuk
memperoleh makna yang spesifik.
4. Teori
memungkinkan kita menginterpretasi makna yang besar dari temuan penelitian kita
yang bermakna bagi kita maupun bagi orang lain.
·
Teori
bahasa
Sebagai
teori maka teori bahasa sama saja dengan teori fenomena lain, katakanlah teori
gravitasi bumi. Teori haruslah empiric dan spekulatif. Teori bahasa layaknya
teori ihwal alam juga. Dalam ilmu bahasa dikenal folk linguistics yaitu
deskrifsi atau kepercayaan orang awam ihwal bahasa yang tidak berdasarkan
penelitian. Pengetahuan berkembang bermula dari folk theory yang dikritik
habis-habisan sehingga menjadi teori saintifik.
·
Teori
Chomsky
Bagi
Chomsky bahasa adalah cermin minda. Dengan studi bahasa yang mendetail. Kita
mungkin dapat mengungkap bagaimana minda manusia memproduksi dan mengolah
bahasa. Studi bahasa bertujuan mengembangkan (1) teori bahasa, dan (2) teori
pemerolehan bahasa. Secara logis, tugas (1) mendahului tugas (2) teori bahasa
yang memadai seyogyanya mampu menjawab pertanyaan seperti: apakah bahasa itu?.
Teori yang paling tinggi derajatnya adalah yang
memenuhi explanatory adequacy. Untuk itu gramatika haruslah nyata secara
psikologis juga dibatasi secara maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar